A. Devinisi Filsafat
Pendidikan Islam
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata
Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah.Dengan
demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau hikmah.Terhadap
pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah
itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya,
memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya.
Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat
sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan
pengalaman-pengalaman manusia. Selain itu terdapat pula teori lain yang
mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari
bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan
sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia
berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya
disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa
pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang
masanya.Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang
menggunakan perkataan tersebut.Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui
bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap
pengetahuan atau kebijaksanaan.Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan
atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran
utamanya.Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan
yang lazim digunakan oleh para ahli, atau pengertian dari segi praktis.
Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli
mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek
pendidikan.Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda.
Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa
pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si-terdidik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama.
Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan
ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu:
1. Usaha
(kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan
secara sadar;
2. Ada pendidik,
pembimbing atau penolong;
3. Ada yang di
didik atau si terdidik;
4. Adanya dasar
dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan.
5. Dalam usaha
tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang
diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya
yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia
dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari
akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat,
ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara
mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah
pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan.Sumber untuk mengatur
kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah Al-Qur’an dan al Sunnah.
Sebagai sumber ajaran, Al-Qur’an
sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang
besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.Demikian pula dengan al
Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat
besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan
program pendidikan seumur hidup (long life education ).
Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam
sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist
sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan
pengajaran.Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam
upaya mengangkat martabat kehidupan manusia.Kini di akui dengan jelas bahwa
pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan
menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan
menjadi merdeka, dan seterusnya.
Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama
adalah al Qur’an dan al Hadist Firman Allah :
dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu
(Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al
kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami
menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami
kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.( QS. Asy-Syura : 52 )
Hadis dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang
mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat
kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya,
serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh
kemenangan ia”[1]
Dari ayat dan hadis diatas tadi dapat diambil
kesimpulan :
- Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT.
- Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
- Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini.
Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya
yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat
pengembangan fungsi manusia :
- Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya.
- Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.
- Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya
- Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya
Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dapat
diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara
filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang
didasarkan pada al Qur’an dan al Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat
para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder.
Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam
secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan
ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia
bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana
dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.
B. Tujuan Mempelajari
Filsafat Pendidikan Islam
·
kita akan semangkin mandiri secara intelektual;
·
lebih toleran terhadap sudut pandang;
·
filsafat memberikan landasan yang mendasar bagi perkembangan ilmu;
·
memberikan inspirasi yakni menyatakan tujuan pendidikan Negara bagi masyarakat;
·
memberikan arah yang jelas dan tepat;
·
melakukan kritik dan koreksi;
C. Objek Kajian (ruang
lingkup) Filsafat Pendidikan Islam
Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari
filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar,
sistematik.Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, ysng tidak
hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut
kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan.
Pendapat ini memberi petunjuk bahwa ruang
lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam
kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru,
kurikulum, metode, dan lingkungan.
Secara umum setiap ilmu memiliki objek tertentu
yang dijadikan sasaran penyelidikan (objek material) dan yang akan dipandang
(objek formal).
Adapun objek yang dibahas dalam Filsafat
Pendidikan Islam adalah :
- Objek Material
Yaitu sama halnya filsafat pada umumnya objek
ini adalah sesuatu yang ada, tampak ataupun tidak tampak:
- Objek yang tampak adalah dunia empiris
- Objek yang tak tampak adalah metafisika
2. Objek Formal
Yaitu sudut pandang yang menyeluruh, radikal
dan objektif tentang pendidikan Islam untuk diketahui hakikatnya.
Objek formal ini terbagi menjadi dua kerangka
bahasan, yakni :
- Secara Makro
Objek filsafat pendidikan secara makro adalah
objek filsafat itu sendiri, mencari keterangan secara radikal mengenai Tuhan,
manusia dan alam semesta yang tidak dapat dijangkau oleh pengetahuan biasa.
Dari beberapa tokoh telah mengemukakan objek
bahasan dan aliran filsafat, diantaranya[3] :
- Imam Bernadib membagi tiga sistem filsafat pendidikan Progresivisme, Esensialismae dan Parenialisme.
- M Noer Syam, mengemukakan empat aliran filsafat pendidikan progresivisme, Esensialisme, Parenialisme dan Rekonstruksion- isme
- George R Knight, membegi menjadi tiga kategori, yakni Tradisional (Idealisme, Realisme dan Neo-Skolasisme), Modern (Pragmatisme dan Eksistensialisme) dan Kontemporer (Progresivisme, Parenialisme, Esensialisme, Rekonstruksioisme dan Behaviorisme)
- Geral L Gutek, membagi aliran filsafat pendidikan berdasarkan tokoh-tokohnya yakni, Idealisme oleh Plato, Realisme oleh Aristoteles, Teistik-Realisme oleh Thomas Aquinas, Naturalisme oleh Rosseau, Pragmatisme oleh Dewey, Liberalisme oleh Locke, Konservatisme oleh Burke, Utopianisme oleh Owen, Marxisme oleh Karl Marx, Totalitarisme oelh Hitler, Parenialisme oleh Hutchins, Progresivisme oelh Kilpatrick dan Rekonstruksionisme Sosialis oleh Counts
- Secara Mikro
Adapun secara makro adalah segala hal yang
merupakan faktor-faktor dan komponen dalam pendidikan.
Bebrapa komponen aktifitas pendidikan menurut
beberapa tokoh, yakni[4] :
- Al-Syaibani
- falsafah tujuan pendidikan
- falsafahj kurikulum
- falsafah metode pendidikan
- Al'Ainain
- Ahdat at-Tarbiyah al-Islamiyah (Tujuan-tujuan pendidikan Islam)
- Maqadin at-Tarbiyah al-Islamiyah (Medan atau Lingkup Pendidikan Islam)
- Turaq at-Tarbiyah al-Islamiyah (metode-metode pendidikan Islam)
Ellis, Logan dan Howey, membagi empat persoalan
- Purpose (Tujuan pendidikan)
- Curriculum and Method (Kurikulum dan metode pendidikan)
- Role of the Theacher (Peranan guru atau pendidik)
- Role of the school (pPeranan sekolah atau lingkungan pendidikan)
Arbi, membagi menjadi empat persoalan pokok,
- Hakikat peserta didik
- Hakikat tujuan atau maksud pendidikan
- Hakikat kurikulum
- Hakikat Metode
Abdullah, membagi.
- The nature of human nature (Hakikat sifat dasar manusia)
- The nature of knowledge and the role of 'aql in its acquisition (Hakikat pengetahuan dan peranan akal dalam perolehannya)
- The aims of education (Tujuan pendidikan)
- The methods of education (Metode pendidikan)
Qahar,
- Nilai-nilai yang menjadi dasar pendidikan dan pandangan hidup
- Pandangan tentang peserta didik
- Tujuan pendidikan
- Sistem dan praktek pendidikan
- Bahan pendidikan
Rasyad,
- Agama Islam (Materi)
- Pendidik
- Peserta didik
- Tujuan pendidikan Islam
- Cara-cara mendidik
- Alat pendidikan
- Lingkungan pendidikan
- Evaluasi pendidikan
Ahmad Tafsir.
- Tujuan pendidikan
- Pendidik
- Anak didik
- Alat pendidikan (Kurikulum, metode, evaluasi, gaji, peralatan berupa benda)
- Kegiatan pendidikan
Dari uraian
diatas dapat diringkas yakni, komponen pokok dalam pendidikan Islam adalah :
- Tujuan pendidikan
- Kurikulum dan program pendidikan
- Pendidik dan perserta didik
- Metode pendidikan Islam
- Lingkungan pendidikan atau kontek belajar dalam pendidikan Islam
- Tujuan pendidikan
- Kurikulum dan program pendidikan
- Pendidik dan perserta didik
- Metode pendidikan Islam
- Lingkungan pendidikan atau kontek belajar dalam pendidikan Islam
Faktor dan kompoenen pendidikan ada lima, yakni
:
- Tujuan Pendidikan
- Pendidik atau Guru
- Anak didik atau murid
- Alat Pendidikan (Kurikulum, Metode dan Evaluasi), dan
- Lingkungan Pendidikan
Abudin Nata menyebutkan objek Filsafat
Pendidkan Islam secara Mikro yakni pemikiran yang serba mendalam, mendasar,
sistematis, terpadu, logis, menyeluruh dan universal mengenai konsep-konsep
pendidikan yang didasarkan atas ajaran Islam.[5]
Sebagai mana filsafat pendidikan pada umunya,
maka filsafat pendidikan islam juga menyangkut pemikiran-pemikiran yang terkait
dengan masalah pendidikan, yakni pendidikan islam .filsafat pendidikan islam
adalah pedoman bagi perancang dan orang-orang yang bekerja dalam bidang
pendidikan dan pengajaran[6]dengan demikian filsafat
pendidikan islam pada hakikatnya merupakan landasan dasar bagi bangunan sebuah
sistem pendidikan islam itu sendiri.
Filsafat pendidikan yang yang bertumpu pada
pemikiran mengenai masalah pendidikan islam tak dapat dilepaskandari tugas dan
misi kerasulan, yakni untuk menyempurnakan akhlak, kemudian penyempurnaan
akhlak terkait juga dengan hakikta penciptaan manusia, yakni menjadi pengabdi
allah yang setia, maka manusia juga tak dapat melepaskan statusnya selaku
khalifah allah dimuka bumi.
Misi utama kerasulan Muhammad saw. Sebagimana
disabdakan beliau sendiri, yakn untuk menyempurnakan akhlak yang mulai.Akhlak
menyangkut berkaitan dengan sikap dan prilaku manusia.Nilai kelakuan yang
berkaitan dengan baik dan buruk, serta objeknya yakni kepada siapa kelakuan itu
ditunjukan.Selanjutnya dikemukakan oleh M. Quraish Shihab, bahwa para filsuf
dan teolog sering membahas tetntang arti baik dan buruk, serta pencipta
kelakuan tersebut, yakni apakah kelakuan tersebut merupakan peilihan atu
perbuatan manusia sendiri, ataukah berada diluar kemampuannya?[7]
Selanjutnya dikemukakan M. Quraish Shihab,
bahwa dalam diri manusia itu sendiri nyatanya terdapat potensi untuk
berkelakuan baik dan juga buruk, namun ditemukan isyarat-isyarat dalam
al-quran, bahwa kebajikan lebih dahulu menghiasi diri manusia daripada
kejahatan, dan bahwa manusia pada dasarnya cenderung kepada kebajikan, salah
satufrase dalam suart al-baqarah dinyatakan : “ untuk manusia ganjaran dari
perbuatan baik yang dilakukannya dan sanksi pada perbuatan (buruk) yang
dilakukannya.” (Q.2:286)
Potensi manusia untuk melakukan kebaikan dan
keburukan, serta kecenderungannya yang mendasar kepada kebaikan, seharusnya
mengantarkan manusia memperkenankan perintah allah ( agama-nya) yang dinyatakan
sesuai dengan fitrah asal kejadian menurut manusia[8].
Hubungan tersebuut mengacu kepada hakikat
pencipataan, akhlak mulia, dan tugas kekhalifahan yang diamanatkan kepada
manusia. Bila dirunut, maka pemikirna filsaafat pendidikan islam pada hakikta
berada permasalahan –permasalahan dari ketiga faktor dimaksud. Bagaimana upaya
agar manusia memiliki akhlak yang mulia,dengan akhlak mulia ini, manusia mampu
menempatkan diri sebagai pengabdi allah yang setia.kesetiaan dalam pengabdian
yang didisarkan atas dasar-dasar nilai akhlak ini diharapkan pula manusia mampu
mengemban amanahnya dalammenjalankan tugas sebagai khalifah allah.
Disini terlihat, bahwa filsafat pendidikan
islam tak dapat dilepaskan kaitannya dengan nilai-nilai ajaaran islam itu
sendiri. Menurut Khursyi Ahmad, pendidikan adalah suatu bagian yang tak dapat
dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dan sebagai alat untuk memajukan
masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya setiap dasar sistem pendidikan terdiri
dari seperangkat cita-cita kemasyarakatan, norma nilai-nilai tertentu,
didasarkan pada pandangan hidup dan kebudayaan tertentu[9].
Islam sebagai agama dan pandangan hidup Muslim,
bagai manapun akan berbeda dengan pandangan hidup yang bersumber dari ediologi
sebagai produk pemikiran filsafat. Olehnya, filsafat pendidikan islam punya
karakter dan prinsip-prinsip khusus. Makanya dalam pandangan Khursyi Ahmad,
pendapat yang menyatakan bahwa meniru sistem pendidikan suatu bangsa atau
negara lain tanpa merusak sistem mereka sendiri, adalah pemahaman yang keliru.
Sesungguhnya mereka tidak bisa mengambil begitu saja mengambil sistem
pendidikan asing, kecuali jika mereka ingin menghancurkan kebudayaan mereka
sendiri[10].
Dalam pandangan Omar Mohammad al-Toumy
al-saiybani, filsafat pendidikan ialah pelaksanaan pandangan filsafat dan
kaidah kaidah filsafat dalam bidang ppendidikan. Titik berat filsafat
pendidikan adalah pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan
yang menjadi dasar filsafat dalam menyelesaikan masalah-masalah
pendidikan secara praktis.[11] Dengan demikian ruang
lingkup kajian filsafat pendidikan Islam mencakup prinsip dan kepercayaan yang
menjadi dasar filsafat itu sendiri, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan
upaya penyelesaian masalah pendidikan Islam. Bagaimana pandangan Islam terhadap
semuanya itu.
Selanjutnya Omar Mohammad al-Toumy al-saiybani
mengemukakan prinsip dasar kajian filsafat pendidikan islam[12]kelima dasar itu
mencakup :
1. Pandangan
Islam terhadapa jagat raya, meiputi pemikiran, bahwa :
a.
Pendidikan dan tingkah laku manusia, serta akhlaknya selain dipengruhi oleh
lingkungan sosial, juga dipengaruhi oleh lingkungan fisik ( benda-benda alam ).
b. Lingkungan dan
yang termasuk jagat raya adalah segala yang diciptakan allah, baik makhluk
hidup maupun benda-benda alam.
c. Setiap
wujud (keberadaan) memiliki dua aspek, yakni materi dan ruh. Dasar pemikran ini
mengarahkan filsafat pendidikan Islam menyusun konsep alam nyata dan alam gaib,
alam materi dan alamruh, alam dunia dan alam akhirat.
d. Alam
senantiasa mangalami perubahan menurut ketentuan-ketentuan pada Pencipta-nya (
sunah Allah )
e.
Keteraturan gerak alam merupakan bukti bahwa alam ditata dalam satu tatanan
yang tunggal sebagai Sunnah Allah (Sunnatullah)
f. Alam
merupakan sarana yang disediakan bagi manusia untuk meningkatkan kemampuan
dirinya
g. Pencipata alam
( Allah ) adalah wujud yang berada diluar alam, dan memiliki kesempurnaan,
serta sama sekali terhindar dari segla cacat cela. Dengan demikian Wujud
Pencipta ( Khaliq ) berbeda dan tidak sma dengan wujud ciptaan-Nya ( makhluk ).
2. Pandangan
Islam terhadap manusia, memuat pemikiran bahwa :
a. Manusia
adalah makhluk ( ciptaan ) allah yang mulia, sesuai dengan hakikat kejadiannya.
b. Manusia diberi
beban amanat sebagai kha;lifah (mandataris) allah dibumi guna memakmurkannya.
c. Manusia
memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, kemampuan belajar, dan kemampuan untuk
dan mengembangkan diri
d. Manusia adalh
makhluk yang memiliki dimensi jasmani, rohani (mental) dan ruh (spiritual).
e. Manusia
bertumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi genetika ( faktor keturunan )
dan lingkungan yang mempengaruhinya.
f. Manusia
memiliki faktor perbedaan individu (individual differencies).
g. Manusia
memiliki sifat flektibilitas ( keluwesan ) dan memiliki kemampuan untuk
mengubah, serta mengembangkan diri.
h. Manusia
memiliki motivasi dan kebutuhan.
3. Pandangan
Islam terhadap Masyarakat berisi pemikiran, bahwa :
a.
Masyarakat adalah kumpulan individu yang terikat oleh kesatuan dari berbagai
aspek seperti tanah air, budaya, agama, tradisi dan lain-lain.
b. Agama itu
adalah kaidah, ibadah dan masalah.
c.
Masyarakat Islam memiliki identitas tersendiri yang secara prinsip berbeda dari
masyarakat lain.
d. Dasar
pembinaan masyarakat Islam adalah akidah, keimanan tentang wujud dan Keesaan
Allah.
e. Ilmu
adalah sdasar yang terbaik bagi kemajuan masyarakat
f.
Masyarakat selalu mengalami perubahan
g. Pentingnya
individu dan keluarga dalam masyarakat
h. Segala
aktivitas yang diarahkan bagi kesejahteraan bersama, keadila, dan
kemaslahatan-kemanusiaan termasuk bagian dari tujuan syari’at islam
4.
Pandangan islam terhadap pengetahuan manusia , memuat pemikiran, bahwa :
a.
Pengetahuan adalah potensi yang dimiliki manusia dalam upaya untuk meningkatkan
kehidupan individu dan masyarakat.
b. Pengetahuan
terbentuk berdsarkan kemampuan nalar manusia dengan bantuan penginderaan,
sumber pengetahuan adalah wahyu dan nalar.
c.
Pengetahuan manusia memiliki kadar dan tingkatan yang berbeda sesuai dengan
obyek, tujuan dan metodenya. Pengetahuan yang paling utama adalah pengetahuan
yang berhubungan dengan allah, perbuatan dan mahkluk-Nya.
d. Pengetahuan
manusia pada hakikatnya adalah hasil penafsiran dan pengungkapan kembali
terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan Allah. Dengan demiian
pengetahuan bukanlah hasil dan proses pemikiran manusia yang optimal secara
murni.
e.
Pengetahuan dapat diperoleh dengan berbagai cara seperti pengamatan langsung,
penelitian, kajian terhadap peristiwa, rangkuman dari berbagai pendapat,
ataupun melalui bimbingan ilahi.
f.
Pengetahuan hakiki adalah pengetahuan yang didasari oleh akidah, karena dapat
memberikan ketentraman batin. Di dalamnya terkandung keyakinan dan kesesuaian
dengan agama.
5. Pandangan
Islam terhadap akhhlak, mengandung pemikiran bahwa :
a.
Pentingnya akhlak dalam kehidupan, serta dapat dibentuk melalui upaya
pembiasaab yang baik.
b. Akhlak
termasuk faktor yang diperoleh dan diipelajari.
c. Akhlak
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti waktu, tempat, situasi dan kondisi
masyaraka, adat istiadat, sistem dan cita-cita ( pandangan hidup). Dengan
demikian akhlak tidak selalu terpelihara dari pengaruh dari keburukan dan
kesalahan.
d. Akhlak sesuai
dengan fitrah dan akal sehat manusia ( commonse sense )
e. Akhlak
mempunyai tujuan akhir yang identik dengan tujuan akhir ajaran islam, yaitu
untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat
f. Ajaran
islam merupakan sumber nilai-nilai akhlak, karena pada hakikatnya akhlak
merupakan realisasi dari ajaran islam itu sendiri, yakni bagimana hidup beriman
dan bertakwa kepada allah.
g. Akhlak
berintikan tangung jawab terhadap amanat allah yang keabsahannya dinilai dari
tingkat kemampuan untuk mengaplikasikan hubungan yang sebaik mungkin antar
sesama manusia, seluruh makhluk ciptaan allah atas dasar ridha allah, karena
sesuai ketentuan dan perintah-Nya. Akhlak mulia ( terpuji ) merupakan tujuan
akhir dari sikap hidup yang diinginkan.
Kajian filsafat pendidikan islam bertitiktolak
dari kelima prinsip yang jadi dasar pemikiran tersebut. Kajian ini kemudian
dikembnagkan dalam konteks pendidikan islam, digunakan dalam menyusun
teori-teori pendidikan islam, perumusan dasar dan tujuan. Baik tujuan jangka
pendek, menengah, maupun tujuan akhir yang akan dicapai. Dalam kaitan dengan
sistem pendidikan Islam.
Ruang llingkup kajian filsafat pendidikan islam
juga meliputi masalah-masalah yang berhubungna dengan sistem pendidikan islam
itu sendiri, adapun komponen-komponen yang termasuk dalam sistem pendidikan
islam itu, antar lain dasar yang melandasi pembentukan sistem tersebut. Lalu
tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan islam. Untuk mencapai tujuan yang
dimaksud, makaperlu rumusan mengenai siapa yang didik , siapa pelaksananya,
bagaiman cara penyelenggaranya, sarana dan prasaran yang diperlukan, materi
yang diberikan bagaiman caranya, kondisi apa yang perlu diciptakan, serta
bagaimna mengukur tingkat pencapaiannya.
Pemikiran-pemikiran menggambarkan cakupan teori
maupun rumusan mengenai peserta didik, pendidik, manajemen, institusi,
kurikulum, metode, alat, dan evaluasi pendidikan. Semua komponen tersebut
tergabung dalam sebuah sistem, sebab sistem dapat diartikan sebagai proses yang
dapat diartikan proses aktivitas yang didalamnya tersusun komponen-komponen
yang saling menentukan, saling tergantung, dan berhubungan antara sesamanya,
dalam pencapaian tujuan.
Ruang lingkup kajian filsafat pendidikan islam,
mengacu kepada semua aspek yang dianggap mempunyai hubungan dengan pendidikan
dalam arti luas. Tidak terbatas dengan lingkungan institusi pendidikan formal
saja. Lapangan pendidikan diluar madrasah (sekolah) seperti lingkungan rumah
tangga , lembaga peribadatan, masyarakat, maupun tradisi sosio-kultural
jugablebih rinci, pendidikan pre-natal manjadi kajian khusus dalam filsafat
pendidikan islam.
D. Bentuk-bentuk Filsafat
Pendidikan.
Dalam filasafat terdapat berbagai mazhab,
aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan
lain-lainnya, karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat,
sedangkan filsafat beranekaragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun
kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak aliran dalam
filsafat itu sendiri. Penulis kemukakan “sekurang-kurangnya” karena
masih terdapat filsafat pendidikan, yang merupakan suatu eklektik dari
berbagai pandangan filsafat pendidikan yang telah ada.
Brubacher (1950) mengelompokan filsafat
pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu filsafat pendidikan “PROGRESIF”, dan
filsafat pragmatisme dari John Dewey , dan romatik naturalisme dari Rooesseau.
Yang kedua, didasari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme ( humanisme
rasioanal ), dan supranatularisme atau realisme religius. Filsafat-filsafat
tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme, perenialisme, dan
sebagainya.
Dalm tulisan ini akan dibahas berbagai
mazhabfilsafat pendidikan yaitu :
1) Filsafat
pendidikan idealisme/
2) Filsafat
pendidikan realisme.
3) Filsafat
pendidikan materialisme .
4) Filsafat
pendidikan pragmatisme.
5) Filsafat
pendidikan eksistensialisme.
6) Filsafat
pendidikan progrevisme.
7) Filsafat
pendidikan esensialisme.
8) Filsafat
pendidikan perenialisme.
9) Filsafat
pendidikan rekontruksionisme.
1) Filsafat
pendidikan idealisme
Realitas.
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas
akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik , parmenides, filosof dari Elea (
Yunani purba ) berkata “Apa yang tidak dapat dipikirkan adalah tidak
nyata” plato menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia cita. Dunia
cita merupakan dunia mutlak, tidak berubah, dan asli serta abadi.
Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya,
yakni apa yang disebut “mind”, mind merupakan suatu wujud yang mampu
menyadari duniannya, bahkan sebagai pendorong dan penggerak semua tingkah laku
manusia. Jiwa (mind) merupakan faktor utama yang menggerakan semua
aktivitas manusia, badan atau jasmani tanpa jiwa tidak memiliki apa-apa.
Realitas mungkin bersifat personal, dan mungkin
juga bersifat impersonal.Idealisme katolik berpandangan bahwa realitasakhir
adalah “god” dari tiga pribadi yang disebut “trinitas”.Kaum
idealisme Kristiani sepakat dengan idealisme lainnya bahwa manusia adalah
makhluk spiritual yang menggunakan kemauan bebas (free will) dan secara
personal bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya.
Pengetahuan.
Tentang teori pengetahuan, idealisme
mengemukakan pandangannya bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indra tidak
pasti dan tidak lengkap, karena dunia hanyalah merupakan tiruan belaka,
sifatnya maya (bayangan), yang menyimpang dari kenyataan yang sebenarnya.
Pengetahuan yang benar hanya merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat
membedakan bentuk spiritual murni dari benda-benda diluar penjelmaan
material.Demikian menurut Plato.Idealisme metafisika percaya bahwa manusia
dapat memperoleh pengetahuan tentang realitas, karena realitas pada hakikatnya
spiritual, sedangkan jiwa manusia merupakan bagian dari subtansi spiritual
tersebuat.
Nilai
Menurut pandangan idealisme, nilai itu
absolut.Apa yang dikatakan baik, benar, salah cantik, atau tidak cantik, secara
fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada hakekatnya nilai itu
tetap.Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari alam
semesta.
Pendidikan
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme
memberi sumbar yang besar terhadap perkembangan teori pendidikan khusus
filsafat pendidikan. Tokoh idealisme merupakan orang-orang yang memilki nama
besar. Sampai sekarang orang akan mengakui kebesaran hasil pemikirannya, baik
memberikan persetujuannya meupun memberikan kritik, bahkan penolakan.
2) Filsafat
Pendidikan Realisme
Realisme Rasional.
Realisme rasional dapat didefinidikan pada dua
aliran yaitu realisme klasik dan realisme religius. Bentuk utama dari realisme
religius ialah “ Scholastisisme” realisme klasik ialah filsafat yunani
yang pertama kali dikembangkkan oleh Aristoteles, sedangkan realisme religius,
terutama scholatisisme dalam membahas teologi gereja. Thomas Aquinas
menciptakan filsafat baru dalam agama kristen, yang disebut tomisme, pada saat
filsafat gereja dikuasai oleh neo platonisme yang dipopulerkan oleh plotinus.
Realisme Natural Ilmiah
Realisme natural ilmiah menyertai lahirnya
sains di eropa pada abad ke 15 dan ke 16 yang dipelopori oleh francis Bacon,
Jhon locke, galileo, david hume, jhon stuart mill, dan lain-lainnya padahal
pada abad ke 20 tercatat pemikiran-pemikiran.
Neo-Realisme dan Realisme Kritis
Selain aliran-aliran realisme diatas, masih ada
lagi pandangan-pandangan lain yang termasuk realisme.Aliran-aliran tersebut
disebut Neo Realisme dari Fedrick Breed.Dan Realisme Kritis dari Imanuel Kant.
Menurut pandangan breed, filsafat pendidikan hendaknya harmoni dengan
prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip utama demokrasi adalah hormat-menghormati
atas hak-hak individu.Pendidikan sebagai pertumbuhan harus diartikan sebagai
menerima arah tuntunan sosial dan individual. Istilah demokrasi harus
didefinisikan kembali sebagai pengawasan dan kesejahteraan sosial
DAFTAR PUSTAKA
Ihsan,
Hamdanidan A FuadIhsan.FilsafatPendidikanIslam.Bandung: Pustaka
Setia.2001.
Muhaimin.WacanaPenegmbanganPendidikanIslam.Yogyakarta:PustakaPelajar.Cet
II,2004.
Qomar, Mujamil.EpistemologiPendidikan
Islam: Dari MetodeRasionalHinggaMetodeKritik. Erlangga
Suharto, Toto.FilsafatPendidikan
Islam.Yogyakarta:Ar-Ruzz.2006.
Ahmad Hanafi,
M.A., PengantarFilsafat Islam, Cet. IV, BulanBintang, Jakarta, 1990.
Prasetya, Drs.,
FilsafatPendidikan, Cet. II, PustakaSetia, Bandung, 2000
Titus, Smith,
Nolan.,Persoalan-persoalanFilsafat, Cet. I, BulanBintang, Jakarta, 1984.
Ali Saifullah
H.A., Drs., AntaraFilsafatdanPendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983.
Zuhairini.Dra,
dkk.,FilsafatPendidikan Islam, Cet.II, BumiAksara, Jakarta, 1995.
AbuddinNata,
M.A., FilsafatPendidikan Islam, Cet. I, Logos WacanaIlmu, Jakarta, 1997
M.
IhsanDacholfanyadalahmahasiswa
ISID 1997 – StafPengajar PP Gontor – Perpustakaan Darussalam)
Akhmad. 2012.
PilsafatPendidikan Islam. Diakses di http://akhmadsudrajat.wordpress.com
Dr. Omar
Mohammad Al-thoumy Al-syaibani.Filsafat Pendidikan Islam, cetakan
pertama -1979
DR. H.
Jalaluddin, Filsafat Pendidikan islam, kalam Mulia, jakarta, 2011
No comments:
Post a Comment